1. Pengaruh Pakan Berserat untuk menurunkan Kolestrol daging.
2. Evaluasi kecernaan beberapa bahan pakan di indonesia
3. fermentasi asam laktat pada silase.
4.Kontrol kualitas beberapa bahan pakan di indonesia.
5.Pemanfaatan lahan kering marginal melalui integrated farming system.
6.Pengaruh dosis pemupukan urea terhadap pertumbuhan, produksi serta kecernaan hijauan pakan ternak.
7.Pengembangan tanaman hijauan pakan dibawah naunangan tanaman perkebunan sawit.
8.Penggunaan probiotik untuk meningkatka produktivitas ternak ruminansia
9.Pengaruh nilai Km yang berbeda terhadap aktivitas bakteri methanogenesis dan bakteri acetogenik.
Artikel diatas dapat didownload di:
https://sites.google.com/site/askarizakariah91/download
Pakan merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pembiayaan suatu industri peternakan.
Rabu, 22 Januari 2014
Kamis, 11 April 2013
Perencanaan Pabrik Pakan Ternak (Feed Mill Plant Lay Out and Design)
Industri pakan ternak menjadi daya tarik usaha pada dekade terkhir ini, untuk menunjang wawasan perencanaan pabrik pakan ternak maka kami akan memperlihatkan video tentang pabrik pakan ternak (ruang kontrol, warehouse, dan beberapa mesin yang terdapat dalam sebuah feed mill/pabrik pakan)
Perencenaan Pabrik Makanan Ternak ternak harus memperhatikan beberapa aspek produksi:
a. analisis potensi pasar. Pasar yang merupakan tempat penjualan produk pakan ternak menjadi poin sentral dari suatu pabrik pakan ternak, pabrik pakan ternak yang memiliki produksi besar tentunya memiliki pasar yag besar pula. Kekuatan kompetitor dalam sebuah pasar sebelumnya telah harus dikalkulasikan, sehingga produk baru yang akan kita launch ke pasaran apat bersaing dengan produk lama kompetitor. Kalkulasi pasar sangat rumit, tetapi dengan team work yang berpengalaman masalah analisis pasar dapat terpecahkan (Pilihlah salah satu team work yang mengetahui analisis ekonomi makro).
b. analisis finansial. Finansial menjadi masalah terberat bagi perencanaan pabrik pakan ternak, hal ini mungkin dipengaruhi karena view public terhadap pabrik pakan ternak masyarakat hanya tertuju pada perusahaan pakan ternak yang memiliki skala besar. Padahal pabrik yang cukup besar seperti PT. JAFPA Comfeed, Tbk atau PT. Charoen Pokphand, Tbk tidaklah secara kedipan mata lalu menjadi perusahaan raksasa di indonesia, tetapi melalui proses yang panjang dan keras. Analisis finansial menjadi juru kunci dari keberhaslan suatu usaha pabrik pakan ternak. Analisis biaya untuk memulai, sumber dana, dan kapan titik impas/ Break event point tercapai menjadi hal yang perlu diperhitungkan sebelumnya.
c. Pemilihan Lokasi. Lokasi menjadi sangat penting, konflik antara masyrakat biasanya terjadi karena kesalahan dalam menentukan lokasi pendirian pabrik pakan ternak. Jarak pasar dan tempat supply bahan baku dari pabrik menjadi modal pertimbangan untuk penentuan lokasi pabrik.
d. pemilihan jenis mesin dan lay out design pabrik pakan ternak. Pemilihan jenis mesin dipengaruhi oleh target produksi dan luas tempat. lay out design pabrik pakan ternak harus memenuhi syarat:
-Profitability
-Efficiency
-Quality
-Low first cost
-Apperance
-Location
-Expendability
-Storage capacity
-Low maintenance
-Safe working condition
-Flexibility.
sehingga untuk memenuhi syarat diatas dibutuhkan sebuah teknorat/desginer yang handal. Jika terdapat masalah dalam pendirian dan pengelolaan suatu pabrik pakan ternak maka ada beberapa cara/langkah dasar dalam pengananannya:
1. Proses Penggumpulan Informasi Fakta Lapangan.
2. Proses Pengolahan Informasi: mengorganisir, menganalisis dan mengevaluasi.
3. Pemberian beberapa kemungkinan solusi terhadap masalah tersebut.
4. Analisis perbandingan terhadap berbagai solusi yang ditawarkan.
5. Keputusan untuk mengambil solusi yang tepat dan terbaik.
Beberapa contoh Jalur alur produksi dan Design Pabrik pakan ternak:
![]() |
Alur produksi pakan |
Mixing: Sebuah Tahapan Proses Fabrikasi Pakan Ternak
Mixing
adalah proses pencampuran bahan pakan sesuai dengan formulasi ransum yang akan
dibuat, hasil mixing harus bersifat
homogen sehingga jika sampel diambil pada suatu titik mixer akan menghasilkan nilai yang refresentatif. Refresentatif
memiliki arti bahwa sampel tersebut dapat mewakili data nutrisi dan kualitas
hasil mixing tersebut. Homogenitas
dari suatu hasil mixing sangat
penting. Penambahan antibiotik, hormon, dan additive lainnya dalam jumlah yang relatif
sedikit dalam proses mixing harus homogen,
hasil mixing yang tidak memiliki
homogenitas yang cukup tinggi akan berdampak pada produktivitas ternak, bahkan
dapat mengakibatkan kematian jika penambahan obat-obatan dalam proses mixing tidak tercampur secara baik dan
optimal sehingga obat-obatan tersebut akan terakumulasi pada suatu titik yang
dapat menjadikan overdosis pada ternak nantinya.
Tipe
horizontal memiliki kelebihan dibandingkan tipe mesin mixer yang lain. Homogenitas yang lebih seragam dihasilkan dari
mesin mixer tipe horizontal. Mesin mixer horizontal memiliki prinsip
pencampuran dengan pengaduk yang berputar seperti helix sehingga alir
pengadukan menjadi berlawanan antara alir dalam dan luar. Proses mixing
dalam proses produksi sangat memegang peranan penting karena kapasitas produksi
pakan ternak dalam suatu feedmill
sangat dipengaruhi besar oleh kapasitas kinerja mesin mixer. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerja proses mixing
adalah ukuran bahan, jenis bahan, densitas bahan, dan waktu pencampuran. Waktu
pencampuran dapat mempengaruhi efisiensi mixing,
waktu mixing yang terlalu cepat dapat
menyebabkan belum maksimalnya pencampuran sedangkan waktu mixing yang terlalu lama dapat memungkinkan terjadinya segresi
(pemisahan partikel). Jenis dan densitas bahan baku dapat berpengaruh dalam
urutan pemasukan bahan baku ke dalam mesin mixing.
Menurut Soeparjo (2010), urutan bahan baku dapat menyebabkan penyebaran bahan
baku selama pencampuran. Mixer
mempunyai ambang batas dimana bahan dalam jumlah yang kecil tidak dapat
tercampur secara homogen kedalam formulasi.
Mixing merupakan titik
pusat dari proses produksi. Mixing
dapat dianggap sebagai “Ibu” dari semua proses produksi. Mixing merupakan operasi dasar dari suatu feed manufacturing yang sangat dibutuhkan. Pakan komplit yang
merupakan campuran bahan pakan harus melalui proses mixing. Keseragaman harus dihasilkan dari proses mixing untuk memaksimalkan penggunaan
nutrient. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan, produksi, kesehatan maka ternak
haruslah mendapatkan pakan yang seimbang asupan nutrisi, feed additive pada konsentrasi yang diinginkan. Homogenitas
yang sempurna merupakan hal yang sangat diharapkan dari proses mixing. Penggunaan indikator merupakan
salah satu pengujian homogenitas. Indikator yang digunakan merupakan bahan baku
yang digunakan dalam jumlah yang cukup sedikit dalam formulasi. Indikator
seperti garam merupakan salah satu bahan yang biasa digunakan dalam pengujian
homogenitas. Sampel yang mengandung garam dalam formulasinya diuji dengan menggunakan teknik pengujian Na
(sodium). Teknik pengujian kadar garam dapat menggunakan teknik Na ataupun Cl. Konsentrasi garam dan variasi antar sampel dihitung
untuk menghasilkan koefisien keragaman (Coefficient
Of Variation). Pencampuran yang baik adalah nilai CV dibawah 10%. Tindakan
koreksi yang dapat dilakukan jika nilai CV lebih dari 10% adalah dengan
menambah waktu mixing
![]() |
Mesin Mixer horizontal |
![]() |
Tampak Dalam Ribbon (pengaduk) Mixer horizontal |
![]() |
Aliran pakan di dalam mixer horizontal |
![]() |
Alir pakan di dalam mixer vertikal |
![]() |
Tampak luar mesin mixer vertikal. |
FEED MANUFACTURING: Quality Control of Raw Material in Animal Feed
INDUSTRI PAKAN TERNAK: Kontrol Kualitas Bahan Baku Pakan
Industri pakan terna merupakan bagian dari suatu mata rantai pada sektor peternakan. keberhasilan sektor peternakan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan pakan ternak. pakan ternak yang tersedia bukan hanya dari segi kuantitas saja, tetapi juga dari segi kualitas. Produsen pakan ternak wajib menghasilkan dan mempertahankan kualitas ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Produsen harus menjamin bahwa ransum yang dihasilakn tidak membahyakan kesehatan ternak dan manusia sebagai konsumen produk peternakan.
Produsen harus menjamin bahwa semua bahan baku telah memenuhi standar kualitas, tidak terdapat benda asing pada bahan baku, butiran dan bahan lain mempunyai ukuran dan bentuk yang sesuai, ransum diproduksi sesuai formulasi, pellet dan crumble mempunyai ukuran yang sempurna dan ketahanan yang sesuai standar, tidak terdapat mikroorganisme patogen, serta kualitas pakan sesuai dengan permintaan konsumen.
Langkah awal program penjaminan kualitas adalah melalui pengawasan mutu. pengawan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam menghasilkan produk mulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Bahan baku yang digunakan sebagai Input dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang sangat bervariasi. bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami, pengolahan, pencampuran, dan penurunan kualitas.
variasi alamin dan pengolahan bahan baku dapat disebabkan kandungan zat makanan yang berbeda. bahan baku sering terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing sehingga perlu adanya pengecekan kualitas. Penurunan kualitas dapat juga terjadi karena penanganan, pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ransiditas dan invasi/serangan serangga. Pengawasan mutu bahan pakan harus dilakukan secara ketat saat penermaan dan penyimpanan. pemilihan dan pemiliharaan kualitas bahan baku menjadai tahapan yang sangat penting dalam menghasilkan produk ransum yang berkualitas tinggi.
Tindakan sangat penting dalam pengawasan mutu bahan baku adalah pengambilan sampel. Laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan didukung dengan tenaga ahli, tidak akan mampu memberikan data yang akurat tanpa didukung teknik penyiapan dan pengambilan sampel yang tepat. Teknik, jumlah dan peralatan yang tepat diperlukan untuk memperoleh sampel yang refresentatif.
Gambar. Mesin Near Infra Red/NIR (kiri), kotak tempat sampel analisis (kanan)
Jumat, 05 April 2013
Majalah-Majalah Teknologi dan Fabrikasi Pakan Ternak

1.All About Feed http://www.allaboutfeed.net/digital-magazine/magazine-3/
2.American Feed Industry Associaation http://www.afia.org/Afia/NewsAndPress/AFIAJournal.aspx
3. Animal Feed Manufacturers Association http://www.afma.co.za/Matrix.htm
4. Positive Action Publication (Food Hygiene, Hatchery practice, Meat Topic, Pig Topic, Dairy Topic, Poultry production) http://www.positiveaction.info/
Silage: Lactic Acids Fermentation
Introduction
Forage
fodder has a very
important meaning to the lives of
ruminants. the availability of Forage
is strongly influenced by seasonal
factors. The dry season that
struck the country of Indonesia became
the main factor that causes stockpile the feed of forage
crop for ruminants is limited, plant growth is disturbed, quantity and quality of the
forage decreases, in some area forage plants cease to grow or oven die. Animal
performance in dry season is poor because quality of forage is poor too. At rain
fall season the forage have high production. For availability forage during the
year, needed technology of stroge and preservation forage with nutrition of
quality almost same. Silage one of technology have purpose for preservation
forage, till amount forage as sources of fiber feed is sufficient.
Fermentation Lactic acids at Silage
The Fermentation can increase availability of nutrient
such as protein , energy, with process break down complex component into simple
component (Kompiang et al. 1994). Fermentation is the process biological for
convertion complex structure thus be simple structure, till the digestibility
of livestock more efficient (Hanafi, 2008). Silage is Feed of forage
preservation with anaerobic fermentation process, have moisture 40-70%. Result
of silage can be stored without break down nutrition essential in containing of
forage.
Stefani et al. (2010), The ensiling process can be divided
into 4 stage: aerobic phase, fermentation phase, stable phase, and feed out
phase or aerobic spoilage phase.to avoid failures, it is important to control
and optimize each phase of the ensiling process. In aerobic phase, good silo
filling tehniques will help to minimize the amount of oxygen present between
the plant particles in the silo. Good harvesting techniques combined with good
silo filling tehniques will thus minimize water soluble carbohydrate (WSC)
losses through aerobic respiration in the field and in the silo, and in turn
will leave more WSC available for lactic acid fermentation in fermentation
phase.
The quality of silage depends on the speed of
fermentation process resulting lactic acid till depresses pH to approximately 4,
at wich point baterial pathogens growth is inhibited. Using additive silage
often used to supporting enhancement accumulation lactic acid at ensiling.
Various of additive silage can be devided 2 group: fermentation stimulant and
fermentation inhibitor.
Factor affecting of lactic acids productions: amount
inoculum, time of incubation, amount substrat, type of plant and treatment
before ensiling. Amount inoculum, adding lactic acids bacteria to ensiling Pennicetum purphoides can be improve
quality silage with shown decrease pH and concentration N-NH3 significantly, and increase lactic acids from
Fleigh value significantly than control.
Antaribaba et
al. (2009), adding lactic acids with doses 3% (v/b) resulting silage
quality more better than 2 and 4 % (v/b).
The
Production of lactic acids which yielded with addition lactic acid inoculums
more better than without addition inoculums. R0 (without inoculums), R1
(inoculums 2%), R2 (inoculums 3%), R3 (inoculums 4%). Concentration of VFA
composing acetic, propionic, butyric
acid representative of it isn’t
efficiency fermentation or secunder fermentation.
Amount lactic acid bacteria at early
time of incubation as importance factor can be determine for resulting quality
of silage (Santoso et al.,2008). Population
of lactic acid bacteria must be measured for efficiency fermentation, till many
of research have purpose to looking for doses adding lactic acid in ensiling.
Native population lactic acid there are forage, but various quantity. Concept of adding lactic acid bacteria to
improve growth of lactic acid homofermentation can be producing lactic acid for
decrease pH. Basic charactersitic of inoculums lactic acid for using in
ensiling are can be adaptation in substrat with high moisture, can be
adaptation temperature of environment, tolerant with acids condition, producing
bacteriocyn, and have role as probiotic.
Time of incubation. Period of fermentation is one of
importance factor to establish the time of feed out from silo. Thalib et al. (2000), using inoculums from buffalo rumens, quality of
straw silage at anaerobic condition during 2 week have criteria as good silage
Amount of substrat.
Ensiling is fermentation of glucose for converting to lactic acid, in there
process have needed glucose as substrat (Water soluble carbohydrate). Minimum
amount of water soluble carbohydrate to supporting fermentation process worked
is approximately 3-4% Dry Matter. Species of tropical forage have low content
of WSC until for reaching WSC becoming is very suggested.
Literature cited
Antaribaba, M. A., N. K. Tero, B. T. Hariadi, dan B. Santoso. 2009. Pengaruh taraf inokulum bakteri asam laktat dari ekstrak rumput terfermentasi terhadap kualitas fermentasi silase rumput raja. JITV Vol 14(4):278-283.
Hanafi, N.D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kompiang, L.P., J. Dharma, T. Purwadaria, A. Sinurat, dan
Supriyati. 1994. Protein enrichment: Study cassava enrichment melalui bioproses
biologi untuk ternak monogastrik. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN Tahun
Anggaran 1993/1994. Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.
Santoso, B., B. T. Hariadi, H. Manik, dan H. Abubakar. 2008. Kualitas rumput unggul tropika hasil ensilase dengan bakteri asam laktat dari ekstrak rumput terfermentasi. Media peternakan Vol 32(2):137-144.
Stefani, J. W. H., F. Driehuis, J. C. Gottschal, and
S. F. Spoelstra. 2010. Silage
fermentation processes and their manipulation: 6-33. Electronic conference on
tropical silage. Food Agriculture Organization.
Thalib, A., J. Bestary., Y.widyawati, dan D. Suherman.
2000. Pengaruh perlakuan silase jerami padi dengan mikrobia rumen kerbau
terhadap daya cerna dan ekosistem rumen sapi. JITTV Vol 5(1): 276-281
Rabu, 27 Maret 2013
Gelatinisasi: Tahapan pada proses Steam Conditioning (Pemberian Uap bertekanan) ataupun pada proses Extrusion
Steam Conditioning menjadikan
pakan yang memiliki pati akan mengalami proses gelatinisasi. Menurut California Pellet Mill Coo (2000), bahwa
gelatinisasi didefinisikan sebagai Proses pemecahan sempurna pada granula pati
dengan kombinasi air, panas, dan tekanan serta mekanisme shear. Umumnya hasil gelatinisasi memiliki dua hal yang sangat
penting untuk pencernaan, yaitu a.) proses gelatinisasi meningkatkan kemampuan
pati untuk diserap serta fraksi yang lain sehingga mempengaruhi feed convertion ratio. b.) proses
gelatinisasi meningkatkan kecepatan enzim untuk mendegradasi substrat pada
ikatan pati, sehingga menjadi molekul sederhana yang lebih soluble.
Suhu
conditioning yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan reaksi Maillard, reaksi Maillard yaitu reaksi interaksi antara
senyawa protein dan karbohidrat, hasil reaksi ini menyebabkan protein akan
sangat sulit untuk terdigesti di usus halus dan termanfaatkan oleh tubuh
ternak. Menurut Stark and Ferket
(2011), faktor-faktor yang mempengaruhi steam
conditioning ukuran partkel bahan, retention
time, sudut pengaduk, kecepatan pada saat di terowongan, dan penambahan
air.
Proses pemberian uap dengan tekanan memiliki pengaruh terhadap
perubahan sifat nutrient seperti pati, protein. Granula pati akan membengkak
dan putus, meningkatnya solubiitas, berkurangnya viskositas pati dan
menghasilkan amilosa dan amilopektin. Ketika proses pemberian uap dengan tekanan terjadi pada kandungan air bahan baku rendah maka akan
terjadi fragmentasi granula pati dan akan menmbuat suatu formasi fase
homogenitas yang biasa disebut gelatinisasi. pemberian uap dengan tekanan memiliki pengaruh terhadap lipid untuk menginaktifkan lipase
dan lipoxidase yang hadir dalam bahan baku, sehingga mengurangi terkadinya
oksidasi asam lemak selama penyimpanan. Perlakuan panas selama proses dapat menyebabkan inaktifnya
protein ataupun denaturasi protein, sehingga panas yang dihasilkan diharapkan
tidak merusak asam amino ataupun membuat reaksi Maillard. Panas yang cukup pada
proses pemberian uap dengan tekanan akan menigkatkan kecernaan
protein dan ketersediaan asam amino sulfur melalui dua cara yaitu, panas akan
membentangkan globulin biji dan panas juga akan menginaktifkan tripsin
inhibitor dan lectin.
Langganan:
Postingan (Atom)