Kamis, 11 April 2013

Perencanaan Pabrik Pakan Ternak (Feed Mill Plant Lay Out and Design)

          Industri pakan ternak menjadi daya tarik usaha pada dekade terkhir ini, untuk menunjang wawasan perencanaan pabrik pakan ternak maka kami akan memperlihatkan video tentang pabrik pakan ternak (ruang kontrol, warehouse, dan beberapa mesin yang terdapat dalam sebuah feed mill/pabrik pakan)

       

      Perencenaan Pabrik Makanan Ternak ternak harus memperhatikan beberapa aspek produksi:

a. analisis potensi pasar. Pasar yang merupakan tempat penjualan produk pakan ternak menjadi poin sentral dari suatu pabrik pakan ternak, pabrik pakan ternak yang memiliki produksi besar tentunya memiliki pasar yag besar pula. Kekuatan kompetitor dalam sebuah pasar sebelumnya telah harus dikalkulasikan, sehingga produk baru yang akan kita launch ke pasaran apat bersaing dengan produk lama kompetitor. Kalkulasi pasar sangat rumit, tetapi dengan team work yang berpengalaman masalah analisis pasar dapat terpecahkan (Pilihlah salah satu team work yang mengetahui analisis ekonomi makro).

b. analisis finansial. Finansial menjadi masalah terberat bagi perencanaan pabrik pakan ternak, hal ini mungkin dipengaruhi karena view public terhadap pabrik pakan ternak masyarakat hanya tertuju pada perusahaan pakan ternak yang memiliki skala besar. Padahal pabrik yang cukup besar seperti PT. JAFPA Comfeed, Tbk atau PT. Charoen Pokphand, Tbk tidaklah secara kedipan mata lalu menjadi perusahaan raksasa di indonesia, tetapi melalui proses yang panjang dan keras. Analisis finansial menjadi juru kunci dari keberhaslan suatu usaha pabrik pakan ternak. Analisis biaya untuk memulai, sumber dana, dan kapan titik impas/ Break event point tercapai menjadi hal yang perlu diperhitungkan sebelumnya.

c. Pemilihan Lokasi. Lokasi menjadi sangat penting, konflik antara masyrakat biasanya terjadi karena kesalahan dalam menentukan lokasi pendirian pabrik pakan ternak. Jarak pasar dan tempat supply bahan baku dari pabrik menjadi modal pertimbangan untuk penentuan lokasi pabrik.

d. pemilihan jenis mesin dan lay out design pabrik pakan ternak. Pemilihan jenis mesin dipengaruhi oleh target produksi dan luas tempat. lay out design pabrik pakan ternak harus memenuhi syarat: 
-Profitability
-Efficiency
-Quality
-Low first cost
-Apperance
-Location
-Expendability
-Storage capacity
-Low maintenance
-Safe working condition
-Flexibility.

      sehingga untuk memenuhi syarat diatas dibutuhkan sebuah teknorat/desginer yang handal. Jika terdapat masalah dalam pendirian dan pengelolaan suatu pabrik pakan ternak maka ada beberapa cara/langkah dasar dalam pengananannya:
1. Proses Penggumpulan Informasi Fakta Lapangan.
2.  Proses Pengolahan Informasi: mengorganisir, menganalisis dan mengevaluasi.
3. Pemberian beberapa kemungkinan solusi terhadap masalah tersebut.
4. Analisis perbandingan terhadap berbagai solusi yang ditawarkan.
5. Keputusan untuk mengambil solusi yang tepat dan terbaik.

Beberapa contoh Jalur alur produksi dan Design Pabrik pakan ternak:
Alur produksi pakan










Mixing: Sebuah Tahapan Proses Fabrikasi Pakan Ternak


Mixing adalah proses pencampuran bahan pakan sesuai dengan formulasi ransum yang akan dibuat, hasil mixing harus bersifat homogen sehingga jika sampel diambil pada suatu titik mixer akan menghasilkan nilai yang refresentatif. Refresentatif memiliki arti bahwa sampel tersebut dapat mewakili data nutrisi dan kualitas hasil mixing tersebut. Homogenitas dari suatu hasil mixing sangat penting. Penambahan antibiotik, hormon, dan additive lainnya dalam jumlah yang relatif sedikit dalam proses mixing harus homogen, hasil mixing yang tidak memiliki homogenitas yang cukup tinggi akan berdampak pada produktivitas ternak, bahkan dapat mengakibatkan kematian jika penambahan obat-obatan dalam proses mixing tidak tercampur secara baik dan optimal sehingga obat-obatan tersebut akan terakumulasi pada suatu titik yang dapat menjadikan overdosis pada ternak nantinya.
Tipe horizontal memiliki kelebihan dibandingkan tipe mesin mixer yang lain. Homogenitas yang lebih seragam dihasilkan dari mesin mixer tipe horizontal. Mesin mixer horizontal memiliki prinsip pencampuran dengan pengaduk yang berputar seperti helix sehingga alir pengadukan menjadi berlawanan antara alir dalam dan luar. Proses mixing dalam proses produksi sangat memegang peranan penting karena kapasitas produksi pakan ternak dalam suatu feedmill sangat dipengaruhi besar oleh kapasitas kinerja mesin mixerFaktor-faktor yang mempengaruhi kerja proses mixing adalah ukuran bahan, jenis bahan, densitas bahan, dan waktu pencampuran. Waktu pencampuran dapat mempengaruhi efisiensi mixing, waktu mixing yang terlalu cepat dapat menyebabkan belum maksimalnya pencampuran sedangkan waktu mixing yang terlalu lama dapat memungkinkan terjadinya segresi (pemisahan partikel). Jenis dan densitas bahan baku dapat berpengaruh dalam urutan pemasukan bahan baku ke dalam mesin mixing. Menurut Soeparjo (2010), urutan bahan baku dapat menyebabkan penyebaran bahan baku selama pencampuran. Mixer mempunyai ambang batas dimana bahan dalam jumlah yang kecil tidak dapat tercampur secara homogen kedalam formulasi.
        Mixing merupakan titik pusat dari proses produksi. Mixing dapat dianggap sebagai “Ibu” dari semua proses produksi. Mixing merupakan operasi dasar dari suatu feed manufacturing yang sangat dibutuhkan. Pakan komplit yang merupakan campuran bahan pakan harus melalui proses mixing. Keseragaman harus dihasilkan dari proses mixing untuk memaksimalkan penggunaan nutrient. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan, produksi, kesehatan maka ternak haruslah mendapatkan pakan yang seimbang asupan nutrisi, feed additive pada konsentrasi yang diinginkan. Homogenitas yang sempurna merupakan hal yang sangat diharapkan dari proses mixing. Penggunaan indikator merupakan salah satu pengujian homogenitas. Indikator yang digunakan merupakan bahan baku yang digunakan dalam jumlah yang cukup sedikit dalam formulasi. Indikator seperti garam merupakan salah satu bahan yang biasa digunakan dalam pengujian homogenitas. Sampel yang mengandung garam dalam formulasinya  diuji dengan menggunakan teknik pengujian Na (sodium). Teknik pengujian kadar garam dapat menggunakan teknik Na ataupun Cl. Konsentrasi garam dan variasi antar sampel dihitung untuk menghasilkan koefisien keragaman (Coefficient Of Variation). Pencampuran yang baik adalah nilai CV dibawah 10%. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan jika nilai CV lebih dari 10% adalah dengan menambah waktu mixing  



Mesin Mixer horizontal
Tampak Dalam Ribbon (pengaduk) Mixer horizontal

Aliran pakan di dalam mixer horizontal
Alir pakan di dalam mixer vertikal
Tampak luar mesin mixer vertikal.



FEED MANUFACTURING: Quality Control of Raw Material in Animal Feed

INDUSTRI PAKAN TERNAK: Kontrol Kualitas Bahan Baku Pakan

        Industri pakan terna merupakan bagian dari suatu mata rantai pada sektor peternakan. keberhasilan sektor peternakan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan pakan ternak. pakan ternak yang tersedia bukan hanya dari segi kuantitas saja, tetapi juga dari segi kualitas. Produsen pakan ternak wajib menghasilkan dan mempertahankan kualitas ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Produsen harus menjamin bahwa ransum yang dihasilakn tidak membahyakan kesehatan ternak dan manusia sebagai konsumen produk peternakan.
          Produsen harus menjamin bahwa semua bahan baku telah memenuhi standar kualitas, tidak terdapat benda asing pada bahan baku, butiran dan bahan lain mempunyai ukuran dan bentuk yang sesuai, ransum diproduksi sesuai formulasi, pellet dan crumble mempunyai ukuran yang sempurna dan ketahanan yang sesuai standar,  tidak terdapat mikroorganisme patogen, serta kualitas pakan sesuai dengan permintaan konsumen.
           Langkah awal program penjaminan kualitas adalah melalui pengawasan mutu. pengawan mutu dilakukan pada setiap aktivitas dalam menghasilkan produk mulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Bahan baku yang digunakan sebagai Input dalam industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang sangat bervariasi. bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami, pengolahan, pencampuran, dan penurunan kualitas.
               variasi alamin dan pengolahan bahan baku dapat disebabkan kandungan zat makanan yang berbeda. bahan baku sering terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing sehingga perlu adanya pengecekan kualitas. Penurunan kualitas dapat juga terjadi karena penanganan, pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ransiditas dan invasi/serangan serangga. Pengawasan mutu bahan pakan harus dilakukan secara ketat saat penermaan dan penyimpanan. pemilihan dan pemiliharaan kualitas bahan baku menjadai tahapan yang sangat penting dalam menghasilkan produk ransum yang berkualitas tinggi.
                 Tindakan sangat penting dalam pengawasan mutu bahan baku adalah pengambilan sampel. Laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan didukung dengan tenaga ahli, tidak akan mampu memberikan data yang akurat tanpa didukung teknik penyiapan dan pengambilan sampel yang tepat. Teknik, jumlah dan peralatan yang tepat diperlukan untuk memperoleh sampel yang refresentatif.
Gambar. Mesin Near Infra Red/NIR (kiri), kotak tempat sampel analisis (kanan)

Jumat, 05 April 2013

Majalah-Majalah Teknologi dan Fabrikasi Pakan Ternak

Majalah yang berhubungan dengan Teknologi dan Fabrikasi Pakan Ternak :
1.All About Feed  http://www.allaboutfeed.net/digital-magazine/magazine-3/
2.American Feed Industry Associaation http://www.afia.org/Afia/NewsAndPress/AFIAJournal.aspx
3. Animal Feed Manufacturers Association http://www.afma.co.za/Matrix.htm
4. Positive Action Publication (Food Hygiene, Hatchery practice, Meat Topic, Pig Topic, Dairy Topic, Poultry production) http://www.positiveaction.info/

Silage: Lactic Acids Fermentation


Introduction
Forage fodder has a very important meaning to the lives of ruminants. the availability of Forage is strongly influenced by seasonal factors. The dry season that struck the country of Indonesia became the main factor that causes stockpile the feed of forage crop for ruminants is limited, plant growth is disturbed, quantity and quality of the forage decreases, in some area forage plants cease to grow or oven die. Animal performance in dry season is poor because quality of forage is poor too. At rain fall season the forage have high production. For availability forage during the year, needed technology of stroge and preservation forage with nutrition of quality almost same. Silage one of technology have purpose for preservation forage, till amount forage as sources of fiber feed is sufficient.
Fermentation Lactic acids at Silage
The Fermentation can increase availability of nutrient such as protein , energy, with process break down complex component into simple component (Kompiang et al. 1994). Fermentation is the process biological for convertion complex structure thus be simple structure, till the digestibility of livestock more efficient (Hanafi, 2008). Silage is Feed of forage preservation with anaerobic fermentation process, have moisture 40-70%. Result of silage can be stored without break down nutrition essential in containing of forage.
Stefani et al. (2010), The ensiling process can be divided into 4 stage: aerobic phase, fermentation phase, stable phase, and feed out phase or aerobic spoilage phase.to avoid failures, it is important to control and optimize each phase of the ensiling process. In aerobic phase, good silo filling tehniques will help to minimize the amount of oxygen present between the plant particles in the silo. Good harvesting techniques combined with good silo filling tehniques will thus minimize water soluble carbohydrate (WSC) losses through aerobic respiration in the field and in the silo, and in turn will leave more WSC available for lactic acid fermentation in fermentation phase.

The quality of silage depends on the speed of fermentation process resulting lactic acid till depresses pH to approximately 4, at wich point baterial pathogens growth is inhibited. Using additive silage often used to supporting enhancement accumulation lactic acid at ensiling. Various of additive silage can be devided 2 group: fermentation stimulant and fermentation inhibitor.
Factor affecting of lactic acids productions: amount inoculum, time of incubation, amount substrat, type of plant and treatment before ensiling. Amount inoculum, adding lactic acids bacteria to ensiling Pennicetum purphoides can be improve quality silage with shown decrease pH and concentration N-NH3  significantly, and increase lactic acids from Fleigh value significantly than control.   Antaribaba et al. (2009), adding lactic acids with doses 3% (v/b) resulting silage quality more better than 2 and 4 % (v/b). 
The Production of lactic acids which yielded with addition lactic acid inoculums more better than without addition inoculums. R0 (without inoculums), R1 (inoculums 2%), R2 (inoculums 3%), R3 (inoculums 4%). Concentration of VFA composing  acetic, propionic, butyric acid  representative of it isn’t efficiency fermentation or secunder fermentation.
            Amount lactic acid bacteria at early time of incubation as importance factor can be determine for resulting quality of silage (Santoso et al.,2008). Population of lactic acid bacteria must be measured for efficiency fermentation, till many of research have purpose to looking for doses adding lactic acid in ensiling. Native population lactic acid there are forage, but various quantity.  Concept of adding lactic acid bacteria to improve growth of lactic acid homofermentation can be producing lactic acid for decrease pH. Basic charactersitic of inoculums lactic acid for using in ensiling are can be adaptation in substrat with high moisture, can be adaptation temperature of environment, tolerant with acids condition, producing bacteriocyn, and have role as probiotic.
Time of incubation. Period of fermentation is one of importance factor to establish the time of feed out from silo. Thalib et al. (2000), using inoculums from buffalo rumens, quality of straw silage at anaerobic condition during 2 week have criteria as good silage
Amount of substrat. Ensiling is fermentation of glucose for converting to lactic acid, in there process have needed glucose as substrat (Water soluble carbohydrate). Minimum amount of water soluble carbohydrate to supporting fermentation process worked is approximately 3-4% Dry Matter. Species of tropical forage have low content of WSC until for reaching WSC becoming is very suggested. 

Literature cited 
Antaribaba, M. A., N. K. Tero, B. T. Hariadi, dan B. Santoso. 2009. Pengaruh taraf inokulum bakteri asam laktat dari ekstrak rumput terfermentasi terhadap kualitas fermentasi silase rumput raja. JITV Vol 14(4):278-283.
Hanafi, N.D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kompiang, L.P., J. Dharma, T. Purwadaria, A. Sinurat, dan Supriyati. 1994. Protein enrichment: Study cassava enrichment melalui bioproses biologi untuk ternak monogastrik. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 1993/1994. Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.  
Santoso, B., B. T. Hariadi, H. Manik, dan H. Abubakar. 2008. Kualitas rumput unggul tropika hasil ensilase dengan bakteri asam laktat dari ekstrak rumput terfermentasi. Media peternakan Vol 32(2):137-144. 
Stefani, J. W. H., F. Driehuis, J. C. Gottschal, and S. F. Spoelstra.  2010. Silage fermentation processes and their manipulation: 6-33. Electronic conference on tropical silage. Food Agriculture Organization. 
Thalib, A., J. Bestary., Y.widyawati, dan D. Suherman. 2000. Pengaruh perlakuan silase jerami padi dengan mikrobia rumen kerbau terhadap daya cerna dan ekosistem rumen sapi. JITTV Vol 5(1): 276-281