Minggu, 03 April 2016

Surat Pengesahan PP IPNU terhadap Susunan Pengurus PC. IPNU Kab. Kolaka

ssalamu alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Selamat Siang,
Melalu blog resmi PC. IPNU Kolaka, kami pengurus menyampaikan bahwa surat pengesahan dari PP IPNU telah diterima Nomor 281/PP/SP/XV/X/2015

Tentang Susunan Pengurus Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kabupaten Kolaka Masa Khidmat 2015-2017


Pelindung: Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Kolaka
Dewan Pembina: 
DR. KH. M. Zakariah, MA
KH. M. Duana Said, S. Ag, MA
Drs. KH. M. Tamrin Haddi, MA
Alamsyah, S. Pd. I, MA
Hartono, S. Ag, MA
Rasyidin, S. Pd

Pengurus Harian:
Ketua: M. Askari Zakariah
Wakil ketua: Suhardin
Wakil ketua Fathurrahman Al Putra Sudirman

Sekertaris: Ibrahim Tawile
Wakil sekertaris: Ade Saputra
Wakil sekertaris: Ilham Umar

Bendahara: Moh. Abd. Azis
wakil bendahara: Ahmad Al Badri
wakil bendahara: Haerul Ambo

Departemen-Departemen:

Departemen organisasi:
Wandi Pratama Putra
Kamaruddin
Abdul Kadir

Departemen Kaderisasi:
Akmir
Abdurrahaman Al Hafidz
Aidiel febri

Departemen Jaringan Pesantren, Sekolah dan Perguruan Tinggi
Anas Bukhori
Sudarmansyah
Rustam

Departemen Olahraga, Seni dan Budaya
Imam Setyawan
Ahmad Fadhullah
Iksan

Departemen Dakwah dan Kajian Keislaman
Askahar
Hastolani
Salman

Departemen Kajian Pendidikan, Sosial Politik
Rijal
Mukmin
Arham Mukarram

Lembaga-Lembaga:
Lembaga corps brigade pembangunan
Ismail haka
Bayu sasongko
Hasan Nursalim
Husen Nursalim
Idham Idris
Dandi Dakir

Lembaga pers dan penerbitan
Muzakkir
M. Fadli Syam
M. As'ad

Badan-Badan:

Badan Survey dan Penelitian
Sasmin Taming
Sultan
Irwan


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 16 Muharram 1437 H/ 29 oktober 2015 M

Khairul Anam (Ketua Umum PP IPNU)

H. Muhammad Nahdhy (Sekertaris Jenderal PP IPNU)

Minggu, 03 Mei 2015

Pengaruh Stress panas terhadap metabolisme energi pada Sapi Perah Holstein

Judul asli : Effect of heat stress on energetic metabolism in lactating Holstein cows
Penulis: J. B. Wheelock , R. P. Rhoads , M. J. VanBaale , S. R. Sanders , and L. H. Baumgard
Diperoleh dari : J. Dairy Sci. 93 :644–655.

Pendahuluan
Heat stress sangat memiliki dampak yang cukup besar pada dunia peternakan. Kerugian pada peternakan perah di USA selama setahun mencapai 1 juta dollar, angka yang cukup fantastis. Angka itu dipengaruhi oleh penurunan produksi susu, timbulnya gangguan metabolik dan kesehatan. Heat stress mungkin mempengaruhi proses metabolik yang secara langsung memiliki dampak pada produksi susu.
Berkurangnya Total Feed Intake menjadi salah satu faktor mediated (tidak langsung) yang disebabkan oleh Heat stress, ya betul sekali Heat stress menjadikan turunnya feed intake, dengan turunnya feed intake mempenaruhi hasil metabolik. Kurangnya asupan energi dapat menjadikan mobilisasi non esterified fatty acid (NEFA) untuk dijadikan sebagai sumber energi.
Objek pada penelitian ini adalah: mengetahui karakteristik perubahan parameter energi dan metabolik yang terpapar heat stress tanpa dipengaruhi oleh penurunan feed intake (tanpa dipengaruhi faktor mediated reduced feed intake).

Materi dan Metode
Sapi yang digunakan adalah sapi Holstein sebanyak 22 ekor. terbagi menjadi 2 kelompok. Penelitian ini terdiri dari 3 periode, Periode 1st, terdiri dari 2 kelompok yaitu dengan perlakuan yang sama berada di ruangan dengan suhu netral (thermo neutral). Periode 2nd terdiri dari 2 kelompok, kelompok 1 yang dipapar heat stress (cycle 29-40*C), dan kelompok 2 pada suhu netral, tetapi pakannya dibatasi (PF). Periode 3th, modelny sama dengan periode ke-2, cuma ditambahkan recombinan bovine somatotropin (semacam growth promotor).

Hasil
- Parameter fisiologi seperti temperatur rektal dan respirasi pada perlakuan heat stress lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang berada pada suhu netral (20*C)
- DMI antar periode signifikan berbeda, tetapi antar grup dalam periode tidak siginifakan. Periode pertama memiliki DMI lebih tinggi dibandngkan periode 2 dan 3.
- Produksi susu antar periode signifikan berbeda (Periode pertama memiliki produksi susu lebih tinggi dibandngkan periode 2 dan 3.), tetapi antar grup dalam periode tidak signifikan kecuali pada periode 3, grup PF memiliki produksi susu lebih tinggi dari HS.
- Kandungan protein susu antar periode signifikan berbeda, tetapi antar grup dalam periode tidak siginifakan. Periode pertama memiliki protein susu lebih tinggi dibandngkan periode 2 dan 3.
- Kandungan glukosa darah antar periode signifikan berbeda, tetapi antar grup dalam periode tidak siginifakan. Periode pertama memiliki glukosa darah lebih tinggi dibandngkan periode 2 dan 3.
- Kandungan NEFA antar grup signifakan, antar periode signifikan.Grup dengan paparan Heat stress (HS) akan memiliki NEFA yang rendah dibandingkan restricted feed (PF).
- Kandungan Plasma Urea Nitrogen dan Insulin antar grup signifakan, antar periode signifikan.Grup dengan paparan Heat stress (HS) akan memiliki PUN dan Insulin yang tinggi dibandingkan restricted feed (PF).

Selasa, 14 April 2015

Pengaruh Stress Panas terhadap Produksi dan Reproduksi Ternak (Effect of heat stress on Beef and Dairy Production)

Kenaikan panas dalam tubuh sebagai tanda proses metabolisme terjadi. Kenaikan panas yang dihasilkan dari proses metabolisme ini berbanding lurus dengan kenaikan produksi pada ternak. Misalnya: kenaikan panas dari metabolisme menaikkan produksi susu pada Frisien Holstein. Hal ini karena kenaikan panas cerminan dari seberapa banyak nutrient dalam tubuh termetabolisme, nutrient yang termetabolisme lalu akan digunakan untuk aktivitas sehari (istilahnya Net Energy for Maintenence), dan dapat disalurkan untuk produksi (Net Energy for Lactating/Gain).

Kita tidak mengingkari bahwa kondisi lingkungan juga memberi efek panas pada tubuh ternak, sehingga anda dapat bayangkan bahwa "Kenaikan panas pada tubuh ternak selain dari proses metabolisme dapat juga dari lingkungan". Istilah comfort zone (zona nyaman) untuk ternak memang layak difikirkan, dibeberapa jurnal disebutkan, efek stress pada ternak telah banyak merugikan peternak-peternak di USA dan eropa, ya benar, peternak-peternak di daerah 4 musim (sub tropik) paling merasakan dampaknya. Tapi tunggu dulu, jangan dibilang peternak di indonesia, malaysia ataupun di asia tidak merasakannya. Misal di indonesia, sekrang sudah banyak peternakan sapi perah, tetapi hasil dari produksi susunya tidak sebanyak sapi di eropa dan USA, kenapa? salah satunya comfort zone ini, selain efek genetiknya.

Ya, comfort zone. Istilah di peternakan untuk mengambarkan confort zone adalah "Temperature Humidity Index". untuk menghitung THI, tersedia banyak rumus dengan beberapa variabel yang dihitung: Temperatur, Kelembaban, radiasi matahari, dan kecepatan angin bertiup.

Efek yang bisa ditimbulkan dari stress panas:
1. Perilaku ternak. Stress panas tentunya akan mempengaruhi perilaku ternak, seperti bertambahnya waktu lama berdiri, berkurannya waktu berbaring 3 jam per hari,dan terdapat lesi/luka diakibatkan oleh tanduknya.
2. Fisiologi ternak. Kenaikan stress panas dapat berakibat meningkatnya temperatur rektal, kecepatan respirasi, dan denyut nadi.
3. Reproduksi. Perubahan siklus estrus, conception rate, fungsi uterus, status endokrin, pertumbuhan dan perkembangan folikel, mekanisme luteolitik, perkembangan embrio, dan pertumbuhan fetus ternak.
4. Produksi. Turunnya konsumsi pakan yang mengakibatkan penurunan ADG dan produksi susu. Selain itu, dapat menurunkan level Imunoglobulin/Ig (protein dalam sistem kekebalan tubuh) pada ternak, dengan turunnya level Ig maka ternak dapat dengan mudah terinfeksi penyakit.

Apa yang bisa dilakukan untuk mempertahankan produksi pada saat stress panas:
1. Pemilihan Bibit Unggul. Orang-orang menyangka bibit unggul adalah yang menghasilkan produksi tinggi, tetapi dalam hal ini selain produksi kita ingin mencari bibit yang produksinya dapat bertahan walaupun pada kondisi stress panas. Dalam beberapa jurnal disebutkan, persilangan dengan sapi yang berasa dari Asia (telah beradaptasi dengan kondisi panas) dapat digunakan sebagai alternatif. Nah, sampai poin ini semoga terjawab pertanyaan "Kenapa sapi perah di indonesia, produksinya tidak seperti eropa dan USA? ya, karena sapi perah kita telah persilangan, sehingga kita biasa sebut dengan PFH, tujuannya jelas supaya mereka mampu menghadapi stress panas yang selalu ada di daerah tropik.
2. Manajemen nutrisi. turunnya konsumsi pakan pada ternak yang mengalami stress panas, menjadikan peternak harus memutar otak untuk memikirkan kecukupan nutrien untuk ternaknnya. Manajemen nutrisi perlu untuk itu, meng-formulasi ulang pakan yang diberikan adalah jawabannya, turunnya konsumsi pakan, berarti kita harus meningkatkan kandungan nutrien pada pakan yang diberikan: Misal jika biasanya dalam 1 kg pakan hanya mengandung 13% PK, maka dalam kondisi stress panas kita dapat mengubahnya menjadi 20%PK, istilahnya meningkatkan "Nutrient density".  Orang-orang bertanya sampai 20% PK, banyak juga ya?? ya, betul. Dalam beberapa jurnal saran untuk "menurunkan jumlah forage dan menaikkan jumlah pakan konsentrat" juga disebutkan.

Rekayasa pakan yang lain yang dapat digunakan adalah pemilihan jenis bahan pakan yang mengandung Rumen Undegrable Protein (istilah ini digunakan untuk bahan pakan yang sukar dipecah proteiinya di dalam rumen) yang tinggi seperti Tepung darah, Tepung Ikan ataupun Meat bone meal. Wow, Bahan Pakannya cukup mahal ya, teman-teman saya di fakultas juga banyak menghasilkan penelitian untuk dapat menghasilkan RUP itu tanpa menggunakan bahan pakan diatas dengan menggunakan agen seperti Penyemprotan Tanin (istilah ini adalah senyawa yang berasal dari beberapa tanaman sepeti dauh teh, daun lamtoro, dan beberapa jenis daun legume/kacang-kacangan) ke bungkil kedelai atau bahan pakan sumber protein tinggi lainnya, harapannya dengan penyemprotan tanin itu, terdapat ikatan tanin dan protein sehingga tidak dapat digunakan oleh mikrbia rumen, sehingga dapat llos dari rumen, dan dapat dicerna di usus halus. Cara yang lain: adalah proses pemasakan/pemberian panas pada pakan, pemberian panas ini akan menghasilkan browning reaction (atau istilah bekennya Maillard Reaction) antara karbohidrat dan protein, dan diharapkan tidak digunakan oleh mikrobia rumen, tapi bisa dicerna dan diserap di usus halus.

3. Pemberian Atap, Kipas anging (fan, blower), dan Sprinkler (semprot air).
Kalau ini tips secara fisik. Perusahaan besar biasanya menggunakannya, apalagi untuk produksi sapi perah, kayak hotel ya, pake kipas angin dan sprinkler. Ya, pemberian atap berfungsi untuk menghindari dari efek radiasi panas matahari, tetapi tidak menghalangi dari panasnya suhu lingkungan yang ditiupkan ole kecepatan angin. Kipas angin mebutuhkan Energi listrik yang cukup besar, sedangkan untuk sprinkler membutuhkan tandon air yang cukup besar. Ya, semuanya punya konsenkuensi, tetapi semua itu dilakukan untuk mengurangi efek stress panas pada ternak.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


Body heat production  associated with milk yield increases as metabolic processes. Increasing body heat mirrors nutrient metabolism on the body. Nutrient was metabolized, that will be used for maintenance and production (gain or lactating). Environment adds heat to cattle bodies, till we can dream "heat metabolism plus heat weather" accumulating on body cattle How about cattle condition? Based on this bacground, The cattle needs comfort zone to live, till It can produce gain and milk. Comfort zone for cattle was described with Temperature Humidity Index (THI), It's formula can be found at any journal related to heat stress. Ambient temperature, humidity, solar radiation, and wind speed as variable of THI.

Effect heat stress on Cattle:
1. On behavioral. Heat stress increases standing time, claw horn lesion, and decreases lying time 3 hours per day.
2. On physiological. It can impact to increase rectal temperature, heart rate, and respiration rate.
3. On reproduction. It can impact to alteration estrus cycle, conception rate, endocrine status, follicular growth/development, luteolytic mechanism, embriogenic development and fetal growth.
4. On production. It can impact to decrease feed intake (Dry matter intake), reduced feed intake mediated to decrease average daily gain and milk yield. Beside that, heat stress can influence level Immunoglobulin on colustrum (transfer from Lactating cow to calf) and respond body cattle.

What is the solution???
1. Genetic selective. Crossbreed Bos taurus and Bos Indicus was tried to be make breed adapted warmer condition/weather.
2. Nutrional management. Heat stress affects to reduced feed intake, till we must think to re-formulation feed. Nutrient density is one of nutritional management to handle heat stress. Exp: Before Heat stress we always fed to cattle 1 kg contain 12% Crude protein, when Heat stress re-formulation feed as many as 1 kg contain 20%CP. Beside that, feed enginering such as adding Feedstuff High Rumen Undegrable Protein, or Agent binding High protein (like a tannin etc).
3. Using Shade, Cooler, Blower, and sprinkler.

Sabtu, 04 April 2015

Immune system

Immune system has important role in health cattle. For this session, I wanna discuss about immune system. Immune system was divided two types: Innate immune system and adaptive immune system. Innate immune system is the first line of defense again micoorganisme pathogen, and essentiak for control bacterial infections. For this function, neutrophyl and macrophage will recognize and destroy pathogen miroorganisme. Macrophage will send signal to adaptive immune system, this signal has function for remembering (as memory). Adaptive immune system is the second times of defense. It was divided two group, was Humoral (B. Cell) and Cell mediated (T. Cell).
Activated macrophage secrete cytokines, which are defined as protein released by cell that affect the behavior of other cell that bear receptor them. They are also release protein known as chemokines. Effect of cytokines in blood vassel will be seen from inflamation. inflamation is heat, pain. redness, and swelling, all of which reflect the effect of cytokines.

Heat strees can increase endotoximia, this is associating with immune system. Heat stress on mice (female mouse) can decrease pregnancy rate, and increase inflamation. Using blood as form Spray Dried Plasma on feeding can decrease inflamation, was showed that Interferon and Tumor Necrosis have lower level than control (without Spray Dried Plasma).

Sabtu, 14 Maret 2015

The effect of concentrate feeding amount and feeding strategy on milk production, dry matter intake, and energy partioning of autumn-calving Holstein-Friesian cows. J. Dairy Sci. 98: 338-348

The tittle: The effect of concentrate feeding amount and feeding strategy on milk production, dry matter intake, and energy partioning of autumn-calving Holstein-Friesian cows. J. Dairy Sci. 98: 338-348. Author: D. C. Lawrance, M. O’Donovan, T. M. Boland, E. Lewis, and E. Kennedy

Summary
Introduction: Dairy cattle usually needed forage, to synthesize acetate in reticulorumen for making up Milk fatty acid. However, for special case such as the cattle has high milk production instead was fed high input concentrate, this purpose is energy sufficient to synthesize milk. To increase milk profitability of milk production, the management of feed input should be closely examined, particulary concentrate feed input. Finally, this objective of study/experiment was to examine effect amount and strategy feeding on feed intake, milk yield, and milk production.

Material and methods: Amount cattle in this experiment 108 Head (year I: 60 head; year II 48 head) was conducted Oct-Jan 2012; 2013. In this experiment, were blocked based on calving date, parity, milk yield, milk fat, milk protein, milk lactose, body weight, body condition skors. Experimental design was randomized block desing with a 2x2 factorial, 2 treatment of amount feed (Hi feed and Lo feed), and then 2 treatment of strategy feeding (flat rate and group fed yield). Group treatment was 4 group (Hi Flat rate; Hi Group fed yield; Lo Flat rate; Lo Group fed yield). Animal measurement was analyzed dry matter intake, milk yield & composition, BW&BCS, and blood metabolites (This is case because the cattle usually are prone metabolic disease during period feeding high concentrate).


Conclusion:
-          Strategy feeding had no significant on milk production, dry matter intake, and energy partioning

-          Amount feeding had a significant effect, increase amount feeding concentrate did affect to increase TDMI, energy intake, milk production, and decrease BCS loses.

Kamis, 12 Maret 2015

Adaptasi terhadap perubahan iklim-penelusuran potensi plasma nuftah lokal-

Judul Aslinya: Adaptation to climate change-exploring the potential of locally adapted breeds

Journal Animal (2013), pp: 346-362.

Penulis: Irene Hoffman (Irene_Hoffman@fao.org

Tujuan penulisan journal review ini berdasarkan bahwa adaptasi sangat dibutuhkan, sebagai bentuk respon untuk mampu bertahan terhadap perubahan iklim. Utamanya, zaman sekarang kita sedang menemui lingkungan ekstrim, percobaan adaptasi dalam hal ini termasuk dalam apakah mampu toleran terhadap iklim suatu lingkungan tersebut, bisa jadi beradaptasi dari kualitas rendah pakan di suatu daerah. Maka jawaban dari semua ini ada pemilihan plasma yang memiliki bibit unggul dalam menghadapi masalah diatas

Dalam pembahasannya jurnal mengemukakan beberapa data yang diperoleh dari Food Agriculture Organization (FAO) bagian  Domestic Animal Diversity Information System. Salah satunya gambaran jumlah plasma nuftah Onta, Kerbau, Sapi, Ayam, Kambing, Babi, Kuda, dan Domba yang bisa beradaptasi terhadap beberapa jenis kualitas pakan didaerahnya. Lalu data adaptasi plasma terhadap pola manajemen, data adaptasi terhadap kondisi iklim (dingin, lembab, kering, basah), data adaptasi terhadap suhu-suhu ekstrim, serta data adaptasi terhadap temperature humidity yang beragam.

Efek jumlah dan strategi pemberian konsentrat terhadap produksi susu, konsumsi bahan kering, dan energi pada Sapi Perah Frisien Holstein pada musim gugur (Autumn): Baca Jurnal

Judul aslinya: The effect of concentrate feeding amount and feeding strategy on milk production, dry matter intake, and energy partioning of autumn-calving Holstein-Frisien cows.

Journal Dairy Science. 98: 338-348.

Penulisnya: D. C. Lawrence, M. O. Donovan, T. M. Boland, E. Lewis, and E. Kennedy.

Latar belakang
Tujuan utama penelitian ini adalah, untuk membandingkan produksi susu, konsumsi bahan kering, dan masukan energi pada sapi FH yang melahirkan pada musim gugur (Autumn) dengan 2 macam jumlah dan cara pemberian masing-masing.

Materi dan Metode
Penelitian ini dilakukan di Teagasc, Animal, and Grassland Research and Innovation Centre, Moorepark, Femoy, Co, Cork, Ireland.
Pada tahun pertama digunakan 60 ekor sapi, sedangkan pada tahun kedua menggunakan 48 ekor sapi. Desain eksperimennya menggunakan randomized block design dengan pola faktorial 2x2. Perlakuannyanya terdiri dari 2 macam jumlah konsentrat yaitu konsentrate dalam jumlah yang banyak (yaitu sekitar 7 kg BK/Ekor) dan Konsentrate dalam jumlah yang sedikit (yaitu sekitar 4 kg BK/Ekor), lalu 2 macam strategi pemberian pakan konsentrat yaitu secara flat rate dan Group fed to yield/ GFY( untuk ini akan berlaku pemberian konsentrat berdasarkan produksi susu yang dihasilkan). Pada GFY sapi yang produksi rendah (Misal  produksi susu 20 Kg) maka akan menerima  5,3 kg untuk jumlah konsentrate dalam jumlah banyak, dan 2,3 kg untuk jumlah konsentrate ang sedikit (sekali lagi dingat bahwa ini adalah pola faktorial antara jumlah dan strategi pemberian), sedangkan untuk sapi yang memiliki produksi tinggi (misal Produksi susu 26 Kg) maka pada jumlah pemberian yang banyak akan mendapatkan 8,7 kg, dan pada jumlah pemberian yang sedikit mendapatkan 5,7 kg. Sedangkan untuk flat rate, merupakan pola pemberian yang tidak memandang pola produksi susu, sehingga juma pemberian banyak atau sedikit sesuai awal yaitu masing-masing 7 dan 4 kg/sapi.
Pengukuran Data
Data konsumsi pakan, diperoleh dari kalkulasi dan rekaman  dengan sistem Griffith Elder MealMaster System. Data produksi susu dan komposisinya, secara otomatis terekam pada waktu pemerahan pagi hari dan sorehari, sedangkan untuk komposisi susunya menggunkan Milkoscan 203. Data berat badan dan body condition skor (skor nilai tubuh), berat badan direkan per minggu dengan menggunakan  Portable weighing scale and Winweigh software package (tru-test Limited, Auckland, New Zealand). Metabolit darah, untuk mendapatan data glukosa, NEFA, BHBA, dan urea dengan menggunakan prinsip enzimatic colorimetri menggunkan suitable kits. Komposisi kimia pakan dan keseimbangan energi, untuk keseimbangan energi diperoleh dengan mengestimasi dari berapa jumlah energi pakan yang masuk, berapa jumlah energi pakan yang dibutuhkan untuk maintenance, prooduksi susu, dan pertumbuhan.
Pengolahan data menggunakan SAS. 
Kesimpulan
Pada penelitian ini pola pemberian berdasarkan jumah produksi susu dan tidak, memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Pada penelitian ini pemberian flat rate (tanpa memandang produksi susu) sama sekali tidak mengurangi produksi susu dan keseimbangan energi. Sedangkan pada perlakuan jumlah pemberian memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi susu, dengan meningkatnya jumlah konsentrat yang diberikan maka meningkatkan total konsumsi pakan, jumlah energi yang masuk, sehingga menghasilkan produksi susu, dan mengurangi keseimbangan negatif energi dan susut nilai skor tubuh ternak.