EFEK PEMBERIAN TANIN TERHADAP FERMENTASI RUMEN
Pakan utama
ternak ruminansia, hijauan atau limbah pertanian seperti jerami padi, memiliki kadar serat kasar yang tinggi.
Komponen terbesar dari serat kasar adalah berupa dinding sel yang terdiri dari
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Produk akhir dari aktivitas mikroba dalam
mendegradasi substrat dinding sel tanaman adalah berupa asam lemak terbang
(VFA). Komponen VFA yang utama adalah asam asetat, asam propionat, asam
butirat, dan sejumlah kecil asam valerat. Selain menghasilkan asam lemak rantai
pendek (short-chain fatty acid-SCFA), fermentasi karbohidrat dalam rumen akan
menghasilkan sejumlah gas dan sel mikroba.
Asam lemak terbang yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat merupakan
sumber energi bagi ternak inang. Pada proses fermentasi ini juga dihasilkan
produk-produk yang tidak berguna bagi ternak seperti CH4, ammonia,
dan nitrat. Usaha-usaha peningkatan efisiensi penggunaan energi dari pakan
telah banyak dan terus dilakukan, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan cara manipulasi proses fermentasi yang terjadi dalam rumen dalam cara
mengubah ekologi rumen yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan produk
fermentasi yang diharapkan dan dapat menekan hasil fermentasi yang kurang
bermanfaat.
Manipulasi rumen dengan
memproteksi protein dan tanin dengan kadar tanin tertentu dapat meningkatkan
produksi ternak ruminansia. Kadar tanin yang digunakan harus dapat lepas pada
saat memasuki kompleks intestinum sehingga dapat diabsorbsi. Protein yang
seharusnya diproteksi adalah protein yang berkualitas. Protein yang berkualitas
memilki susunan asam amino esnsial dan dapat terabsorbsi.
Tanin merupakan senyawa polifenolik dengan bobot molekul yang tinggi dan
mempunyai kemampuan mengikat protein. Tanin terdiri dari katekin,
leukoantosiannin dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna
bila bereaksi dengan ion logam. Tanin terdiri dari dua kelompok, yaitu
condensed tanin dan hydrolizeable tanin. Kelompok condensed tanin merupakan
tipe tanin yang terkondesasi,tahan terhadap degradasi enzim, tahan terhadap
hidrolisa asam, dimetilasi dengan penambahan metionin. Condensed tanin
diperoleh dari kondesasi flavanol-flavanol yang tidak mengandung gula dan
mengikat protein sangat kuat sehingga menjadi rusak ( Widodo, 2005 ).
Gambar. Struktur Tanin
Tanin dapat berpengaruh terhadap ternak ruminansia
semenjak bahan pakan yang mengandung tanin dikonsumsi, perlu diketahui bahwa
tanin merupakan metabolite skunder yang ekskrsikan untuk sistem proteksi,
sistem proteksi dengan mekanisme pengikatan protein menjadikan protein akan
sukar terdegradasi. Menurut makkar (1993), tanin dapat menonaktifkan
enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikrobia rumen, disamping dapat mengakibatkan
keracunan bagi mikrobia. Hal ini mungkin diakibatkan oleh ikatan antara lain
dengan dinding sel yang dapat mengganggu permiabilitas dinding sel mikrobia
tersebut.
Tanin dapat berfungsi untuk memproteksi protein
dengan kadar dan konsentrasi tertentu. Menurut Suryahadi et al., (2000), meode
ini dikenal sebagai metode by passing dimana zat makanan dilindungi dari proses
degradasi oleh mikrobia rumen karena degradasi oleh mikrobia rumen dapat
menurunkan suplai zat makanan yang dapat dimamfaatkan langsung oleh hewan
inang. Menurut Nyachoti et al ( 1997), interaksi
tanin dengan protein terjadi melalui ikatan kovalen. Setiap intraksi
protein-tanin memperlihatkna kinetic yang berbeda-beda tergantung pada struktur
tanin, pH dan senyawa lainnya. Komposisi
dan polimerasi tanin merupaan faktor penting dalam menentukan kemampuannya
membentuk kompleks tanin dan protein.
Daftar
pustaka
Makkar, H. P. S. and K. Bukker. 1995. Degradation of condesed tannins by
rumen mikrobes exposed to quebracho tannins (QT) in rumen simulation technique
(RUSITEC) and effect of QT on
fermentative processes in the RUSITEC. J. Sci. Food Agric. 69: 495-500.
Nyachoti, C. M., J. L, Atkinson and S. Lesson. 1997
Shorgum tannins: a review. World’s journal poultry sci. 53:5-21.
Suryahadi, F. Y.,
1995. Studi Awal terhadap kandungan protein, tanin dan serat detergen netral
daun Caliandra colotyhrsus dengan perlakuan poliethilina glikol dan kapur dalam
saluran pencernaan kelinci. FMIPA. Universitas Pakuan. Bogor
Widodo, W. 2005. Tanaman beracun dalam
khidupan ternak. UMM Press. Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar